Thursday, June 21, 2018

Memaknai Lebaran Yang Sesungguhnya

memaknai lebaran



Umat islam di seluruh dunia bolehlah berbahagia saat sudah sampai di hari lebaran setelah diuji selama sebulan penuh di bulan ramadhan. Artinya sudah secara sah terlewati. Lelah payah yang dilakukan, Insya Allah diganti dengan kesucian dan ampunan. Setidaknya, begitulah janji Allah kepada manusia yang bertakwa.

Jika kita ingat, pada saat menyambut momen lebaran itu semuanya pasti sibuk. Mall mall penuh dan sesak oleh mereka yang berburu diskon. Pasar ramai dengan orang orang yang mencari jajanan untuk keperluan dihari lebaran.

Tak terkecuali di jalanan, jalanan nampak berpacu dan bising dipenuhi pemudik yang merindukan kampung halaman. Semuanya digerakkan oleh rasa yang sama, rasa bangga bahwa kita telah disucikan kembali oleh Allah SWT melalui ramadhan.

Pada saat itu, yang membeli baju merasa bahwa di hari lebaran nanti, tubuh yang suci haruslah dibalut dengan pakaian yang indah. Yang membeli jajanan punya maksud sendiri, mereka tidak mau mengecewakan tamu yang biasa hadir ke rumah dengan tradisi halal bihalal. Yang mudik dan memenuhi jalanan pun punya alasan. Mereka diberangkatkan oleh keinginan bertemu keluarga agar maaf memaafkan itu nyata dan tak sekedar kata kata.

Di sisi yang lain, ada yang mengklaim bahwa hal hal di atas tersebut tidak perlu dilakukan. Lebaran harus kembali pada kesucian nafas kita, yakni kesederhanaan. Yang lebih penting dari merayakan lebaran ialah merawat agar kebaikan, ketika dan pasca lebaran itu terus bersemi sepanjang hidup.

Semua alasan diatas tadi adalah benar dan patut untuk diapresiasi.


Sekarang kita beranjak ke pembahasan yang lain, yakni pembahasan mengenai apa arti dari lebaran itu sendiri.

Arti Lebaran

Seperti yang kita ketahui bahwa lebaran itu merupakan bahasa kita, tak ada dalam negara manapun yang memakai istilah ini untuk memaknai hari raya idul fitri.

Lebaran tidak mempunyai arti kesucian atau pengembalian roh pada titik awal. Lebaran bukan kata ganti yang artinya sama dengan idul fitri (hari raya makan). Namun lebaran, karena sudah terlalu lama mengakar, lebih mudah diucapkan daripada menyebut idul fitri.

Untuk itu, marilah kita mencari tahu dari mana datangnya kata lebaran sehingga hal itu menjadi relevan dengan budaya bangsa kita.

Untuk membedah suatu kata, maka kita mengenal dua hal, yaitu etimologi dan terminologi. Sisi etimologi mengupas tentang asal usul kata. Sedangkan terminologi membahas mengenai makna daripada kata tersebut. Untuk menjelaskan tentang kata lebaran, kita hanya butuh etimologi saja.

Kata Lebaran, konon memiliki lima padanan kata yang berkaitan dengannya. Lima kata tersebut adalah lebar-an, luber-an, labur-an, lebur-an, dan libur-an. Mari kita bahas satu per satu.

Pertama, lebaran konon berasal dari lebar yang dibumbuhi imbuhan -an. Lebar yang menjadi awalan dari lebaran bukan lah lebar dalam arti bangunan, lapangan, atau pun halaman. Akan tetapi 'lebar hati' kita untuk memaafkan. Orang tua suka berkata "sing gede atine" manakala kita disakiti, dan dari situ lah lebar dimasukkan sebagai awal mula kata 'lebaran'.

Kedua, lebaran dianggap juga sebagai kata yang bermula dari ungkapan luber. Luber dalam arti KBBI memiliki arti melimpah, meluap. Ringkasnya, melewati batas dari batas yang ditentukan. Luber maafnya, luber rezekinya, dan luber pula pahalanya sehabis ramadhan. Untuk itu, maka luber-an bertransformasi menjadi lebaran.

Ketiga, menurut mustofa Bisri, lebaran diambil dari kata laburan (Jawa=mengecat). Setiap kali menjelang datangnya idul fitri, semua kepala keluarga sibuk mengecat rumahnya agar tampak indah. Dari kebiasaan laburan inilah lebaran menjadi sebuah kata yang setara dengan makna idul fitri itu sendiri.

Keempat, dalam satu kesempatan Alamrhum KH. Muhtar Babakan Ciwaringin pernah berujar bahwa lebaran itu berakar filosofis dari kata leburan (Jawa=menyatukan). Dengan ujian dan cobaan, dengan kesabaran dan ketenangan, selepas ramadhan itu diharapkan kita mampu meleburkan diri kita pada sifat-sifat Tuhan. Dalam bahasa Syeikh Siti Jenar "Manunggaling Kawulo Gusti". Semangat perubahan itulah yang merubah leburan menjadi lebaran.

Kelima atau yang terakhir yaitu lebaran dimaknai sebagai plesetan dari liburan. Dalam kalender nasional, hari raya idul fitri adalah tanggal merah yang artinya libur. Menikmati hari libur berarti liburan. Oleh karena itu, maka liburan yang diucapkan berulang ulang menjadi titik pangkal dari munculnya lebaran.

Begitulah arti kata lebaran dalam bahasa kita, Indonesia. Unik dan bermacam macam, jauh dari nalar namun dekat dengan perasaan.

Lebih penting daripada arti itu semua adalah esensi atau ruh yang seringkali dimiliki dalam setiap kali kita menyebut kata 'lebaran'. Bagi kita Bangsa Indonesia, idul fitri itu lebaran. Dan lebaran itu memaafkan, lebaran itu kesucian, lebaran itu kebahagiaan, lebaran itu makan-makan, lebaran itu kerinduan, dan lebaran itu ialah lembaran baru untuk menuju optimisme esok yang lebih baik.

Makna Idul Fitri

ketupat


Hari raya idul fitri merupakan puncak dari pelaksanaan ibadah puasa. Idul fitri mempunyai makna yang berkaitan erat dengan tujuan yang akan dicapai dari kewajiban berpuasa itu sendiri yaitu manusia yang bertakwa. Kata Id berdasar dari akar kata aada-yauudu yang artinya kembali, sedangkan fitri bisa berarti buka puasa untuk makan dan bisa berarti suci. Adapun fitri yang berarti buka puasa berdasarkan akar kata ifthar (sighat mashdar dari aftharo-yufthiru) dan berdasar hadist Rasullulloh SAW yang artinya: "Dari Anas bin Malik: Tak sekalipun Nabi Muhammad SAW pergi (untuk shalat) pada hari raya idul fitri tanpa makan beberapa kurma sebelumnya." Dalam riwayat lain: "Nabi Shallallohu alaihi wasallam makan kurma dalam jumlah ganjil." (HR Bukhari).

Dengan demikian, makna idul fitri berdasarkan uraian diatas adalah hari raya dimana umat islam untuk kembali berbuka atau makan. Oleh karena itulah salah satu sunnah sebelum melaksanakan shalat idul fitri adalah makan atau minum walaupun sedikit. Hal ini untuk menunjukan bahwa hari raya idul fitri 1 syawal itu waktunya berbuka dan haram untuk berpuasa.

sedangkan kata fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan, keburukan berdasarkan dari akar kata fathoro-yafthiru dan hadist Rasulluloh SAW yang artinya "barang siapa yang berpuasa di bulan ramadhan dengan didasari iman dan semata mata karena mengharapkan ridho dari Allah SWT, maka diampuni dosa dosanya yang telah lalu." (Muttafaq'alayh). Dari penjelasan ini dapat disimpulkan juga bahwa idul fitri bisa berarti kembalinya kita kepada keadaan suci, atau keterbebasan dari segala noda dan dosa sehingga berada dalam kesucian (fitrah).

Jadi yang dimaksud dengan idul fitri dalam konteks ini berarti kembali kepada asal kejadiannya yang suci dan mengikuti petunjuk islam yang benar. Bagi umat islam yang telah lulus melaksanakan ibadah puasa dibulan ramadhan akan diampuni dosanya sehingga menjadi suci kembali seperti bayi yang baru dilahirkan dari kandungan ibunya. Sebagaimana sabda Nabi SAW yang artinya "Setiap Bayi dilahirkan dalam keadaan suci."

Adapun terkait hidangan khas saat idul fitri yaitu ketupat. Dalam bahasa Jawa, ketupat diartikan dengan ngaku lepat alias mengakui kesalahan, bentuk segi empat dari ketupat mempunyai makna kiblat papat lima pancer yang berarti empat arah mata angin dan satu pusat yaitu arah jalan hidup manusia. Kemana pun arah yang ingin ditempuh manusia hendaknya tidak akan lepas dari pusatnya yaitu Allah SWT.

Oleh sebab itu kemana pun manusia menuju, pasti akan kembali kepada Allah. Rumitnya membuat anyaman ketupat dari janur mencerminkan kesalahan manusia. Warna putih ketupat ketika dibelah melambangkan kebersihan setelah bermaaf maafan. Butiran beras yang dibungkus dalam janur merupakan simbol kebersamaan dan kemakmuran. Janur yang berasal dari ketupat berasal dari kata jaa-a-al-nur bermakna telah datang cahaya atau janur adalah sejatine nur atau cahaya. Dalam arti lebih luas berarti keadaan suci manusia setelah mendapatkan pencerahan cahaya setelah bulan ramadhan.

Adapun filosofi santen yang ada dimasakan ketupat adalah suwun pangapunten atau memohon maaf. Dengan demikian, ketupat ini adalah simbolisasi yang mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah mohon ampun dari segala kesalahan, hal ini merupakan makna filosofis dari warna putih ketupat jika dibelah menjadi dua. Sedangkan janur melambangkan manusia yang telah mendapatkan sinar ilahiah atau cahaya spiritual/cahaya jiwa. Anyaman anyaman diharapkan memberikan penguatan satu sama lain antara jasmani dan rohani.

Pemaknaan hari raya idul fitri hendaknya bersifat positif seperti menjalin silaturrahmi sebagai sarana membebaskan diri dari dosa yang bertautan antar sesama makhluk. Silaturrahmi tidak hanya berbentuk pertemuan formal seperti halal bihalal, namun juga bisa dengan cara menyambangi dari rumah ke rumah, saling duduk bercengkerama, saling mengenalkan dan mengikat kerabat. Apalagi sekarang permohonan maaf dan silaturrahmi sudah tidak mengenal batas dan waktu, sebab bisa menggunakan jejaring media sosial seperti contoh lewat sms, up date status, inbox di facebook, whatsapp, twitter, instagram, yahoo messenger, skype, dan lain lain.

Begitulah pentingnya silaturrahmi. Sebagaimana sabda Rasullulloh SAW yang artinya "Tidaklah dua orang muslim bertemu lalu berjabat tangan melainkan keduanya akan diampuni (dosanya) sebelum mereka berpisah. (HR.Daud,Tirmidzi&Ibnu Majah)."


Kini kita dengan rasa suka cita dan sanang karena kita menyambut hari kemenangan, disamping itu kita juga bercampur sedih dan dengan berlinang air mata bahagia kita ditinggalkan bulan ramadhan yang penuh berkah, maghfirah, dan rahmat Allah SWT. Banyak pelajaran dan hikmah, faedah dan fadhilah yang kita dapatkan.

Kini bulan ramadhan telah berlalu, tapi satu hal yang tidak boleh meninggalkan kita dan harus tetap bersama kita yaitu spirit dan akhlakiyah bulan ramadhan. Sehingga 1 syawal harus menjadi imtidat atau lanjutan ramadhan dengan ibadah serta kesalehan sosial. Sebab kata syawal sendiri itu artinya peningkatan. Inilah yang harus mengisi sebelas bulan kedepan dalam perjalanan hidup kita.

Dalam kesempatan berlebaran di hari raya idul fitri ini, mari kita satukan niat tulus ikhlas dalam sanubari kita, kita hilangkan rasa benci, rasa dengki, rasa iri hati, rasa dendam, rasa sombong, dan rasa bangga dengan apa yang kita miliki saat ini. Mari kita ganti semua itu dengan rasa kasih sayang dan rasa persaudaraan.

Dengan hati terbuka, wajah yang berseri seri serta senyum yang manis, kita ulurkan tangan kita untuk saling bermaaf maafan. Kita buka lembaran baru yang masih putih, dan kita tutup halaman yang lama yang mungkin banyak terdapat kotoran dan noda seraya mengucapkan Taqoballalohu minna wamingkum, minal 'aidzin wal faidzin. Mohon maaf lahir dan batin.

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Misteri Di Gunung Gede Pangrango

telaga biru dijalur gunung gede Pendakian Gede Pangrango via jalur Gunung Putri Pendakian Gede Pangrango via jalur Gunung Putri  adal...