Sunday, October 27, 2019

Misteri Di Gunung Gede Pangrango

telaga biru dijalur gunung gede


Pendakian Gede Pangrango via jalur Gunung Putri

Pendakian Gede Pangrango via jalur Gunung Putri adalah pendakian dengan jalur berat. Hampir di setiap trek adalah jalur menanjak dan sedikit sekali jalan datar. Gunung Gede Pangrango memiliki 3 jalur pendakian resmi yaitu jalur Cibodas, jalur Gunung Putri dan jalur Selabintana. Jalur Cibodas adalah pilihan favorit pertama karena di jalur ini terdapat banyak spot wisata alam yang sangat bagus, dan sumber air berlimpah. Sedangkan jalur Gunung Putri adalah jalur yang berat namun kita akan bertemu dengan salah satu pos yang paling bagus dari semua pendakian yakni Alun-Alun Surya Kencana. Adalah lahan yang sangat luas dipenuhi bunga edelweish dan rerumputan seluas mata memandang, dan tempat favorit mendirikan tenda bagi para pendaki.


Gerbang menuju puncak gede


Jalur Mistis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango


x
TNGGP adalah salah satu taman nasional yang terletak di Provinsi Jawa Barat. Wilayahnya mencakup dua puncak gunung gede dan pangrango. 
Saya dan teman-teman start dari Cilacap, Jawa Tengah dengan naik kendaraan umum. Jalur yang kami lewati yaitu basecamp putri dan turun lewat basecamp cibodas. 
Setelah melalui perjalanan panjang dan melelahkan akhirnya kami sampai di basecamp putri sore hari dan langsung adakan pendakian. Di awal pendakian kita gak merasa ada hal aneh. Seperti biasa kita ngobrol ini itu, tukar pikiran dan terkadang bersenda gurau.

Malam pun tiba. Saat itu gelap dan dingin sekali, hanya lampu senter yang menemani perjalanan kita. Tak ada pendaki lain yang manjat waktu itu, hanya kami bersembilan. Dua perempuan dan tujuh pria. Suasana makin sunyi senada dengan waktu yang makin larut. Kami berjalan beriringan, salah satu teman ku yang sedari tadi dibelakang tiba-tiba memintaku untuk menggantikan posisinya. Malindo namanya, saya gak tau kenapa dia tiba-tiba ingin berjalan ditengah. Akhirnya saya yang paling belakang. Didepanku ada Gibran yang sakit karena kedinginan.

Ditengah perjalanan saya merasa ada langkah kaki dibelakangku, padahal waktu itu saya yang paling belakang, tak ada pendaki lain selain kami. Saya berfikir positif, mungkin hanya perasaanku saja. Malam semakin larut, tiba-tiba saya mencium wangi yang sangat menyengat. Saya tak tau bau apa itu, tapi saya berfikir positif saja mungkin wewangian teman yang didepanku. Kesunyian malam semakin terasa saat kami menyadari bahwa memang tak ada pendaki lain selain kami. Ketika senter yang ditangan ku arahkan ke depan langkah kakiku, saya melihat ada beras kuning disana. Saya yang sudah merinding, tak berani memastikan bahwa itu benar-benar beras kuning.

Jantungku semakin berdebar keras, dan saat tanjakan tinggi serta banyak akar, tiba-tiba ada batu besar yang jatuh disamping kita. Saya langsung lari kedepan dengan sangat cepatnya. Otomatis temen temen yang lain ikut panik dan mereka berlari juga. Suasana makin mencekam waktu itu. Saya gak mau mereka makin panik, akhirnya saya berbohong sama mereka dan bilang itu hanya batu biasa yang jatuh terkena pijakan kaki. Tak ada yang menyadari ada benda hitam seperti batu disamping kita selain saya dan Hilal. Hanya kami berdua yang melihat dan merasakan nya.

Alun Alun Suryakencana

Sampai Di Alun-Alun Suryakencana

Beberapa jam kemudian kita sampai di alun alun suryakencana. Tempat yang sangat luas namun sangat gelap ketika malam tiba. Suasana horor dan mistis sejenak hilang karena disana ada beberapa pedagang yang menjual aneka gorengan dan kopi. Tak pikir panjang, kita langsung mampir ke tukang gorengan dan sebagian dari kita mendirikan tenda. Setelah puas menyantap gorengan hangat yang langsung berubah jadi dingin, kita langsung tidur ditenda masing masing. Dua jam kemudian kurang lebih pukul 3 dini hari, ada suara jeritan perempuan yang sangat keras dan suara dua orang pria yang mirip dengan suara teman saya. Saat ku tilik jam di handphone ku menunjukkan pukul 3 dini hari, spontanitas saya pura pura tetap terlelap. Suara panggilan namaku makin keras hingga membangunkan teman setendaku. Mereka meminta ku keluar untuk memastikan siapa dan ada apa diluar. Saya yang sudah sangat mnerinding tak mau keluar sampai subuh tiba. Dan waktu subuh tiba, memang benar bahwa yang memanggil itu teman teman ku yang ketakutan. Rini, teman perempuan kami yang melihat ada sesosok besar tinggi mengawasi tendanya.

Setelah kejadian semalam, kita tak berani membahasnya karena itu akan membuat kita makin takut. Setelah kita membereskan tenda dan peralatan lainnya dari Alun alun suryakencana, akhirnya kita terus melangkahkan kaki hingga sampai di kandang badak. Sempat ada perbedaan pendapat disana antara lanjut ke pangrango atau turun pulang. Kandang Badak disini adalah nama tempat yang memisahkan antara gunung gede dan pangrango. Kalau saya menyebutnya si leher dari gunung gede dan pangrango karena memang tempatnya yang ditengah tengah antara gunung gede dan gunung pangrango.

Karena waktu sudah ashar, mentari juga sudah mulai menyembunyikan cahayanya dari kegelapan, dan juga kita sudah diwanti wanti oleh pendaki lain bahwa jangan sampai kita sampai malam ditelaga biru. Karena menurut mitos, disitu banyak penampakan yang sering terlihat jika malam telah tiba. Akhirnya kita memutuskan untuk camp semalam lagi disitu.

Suasana sudah hangat. Banyak pendaki lain yang juga camp dari berbagai daerah. Ada yang masak, minum kopi atau hanya ngobrol yang kadang sesekali diselingi dengan tawa. Jam 3 pagi 4 pendaki dari rombongan kita naik menuju ke gunung pangrango termasuk saya, dan yang lainnya menunggu di tenda. Gelap, sunyi dan dingin. Hanya cahaya senter yang menemani kami. Sesekali kami beristirahat untuk menghilangkan penat, kadang juga ada yang tergelincir hampir masuk jurang karena sangat gelap disana. Dan setelah melewati bebatuan juga semak belukar, akhirnya kita sampai di puncak gunung pangrango. Peluh dan lelah terbayar sudah ketika kami melihat pemandangan yang sangat indah di puncak gunung pangrango. Gunung gede yang terlihat kokoh menjulang di depan kami, ditambah sang surya yang mulai menampakkan wajahnya, seakan mengecat orange gunung pangrango.

Pagi hari di puncak gunung pangrango

Perjalanan Turun Ke Kandang Badak

Tak terasa pagi begitu cepat menggelayuti kami, hingga lupa akan waktu. Setelah puas menikmati kopi pagi di puncak pangrango. Saya, Malindo, Hilal dan Rini memutuskan untuk kembali ke area camp kami yang berada di kandang badak. Hanya butuh waktu setengah perjalanan naik saat kita menuruni gunung pangrango menuju camp kandang badak. Disana sudah tak ada lagi wajah muram dan takut dari kawan kawan kita. Ada yang memasak sambil bersenandung, bersantai di hammock, bahkan ada juga yang masih tiduran di tenda. 

Setelah puas menyantap masakan alakadarnya dari temanku, kami beberes dan memutuskan untuk langsung turun agar tidak menyita waktu banyak. Beberapa saat kemudian kami melewati jembatan setan. Seperti namanya, menyeramkan. Tapi bukan menyeramkan dalam artian negatif. Menyeramkan disini adalah karena medannya yang sangat sulit. Bebatuan gunung dan curug yang langsung mengguyur kepada siapa saja yang melewatinya. Tapi jangan takut walau menyeramkan, ada tali untuk kita berpegangan. Dan alhamdulillah kita semua bisa melewatinya dengan selamat.


Jembatan Setan

Sebelum Maghrib Harus Sudah Melewati Telaga Biru

Tak terasa kita berjalan sampai kepada telaga biru yang konon katanya kalau malam hari banyak hal ghaib yang terjadi disini. Bahkan ada yang mengatakan kalau melewati telaga biru tidak boleh berhenti terlalu lama disini apalagi untuk malam hari. Maka dari itu kita memutuskan untuk terus berjalan tidak berhenti disepanjang jalur telaga biru. Beberapa saat kemudian kita sampai di basecamp cibodas. KIta semua lega sekali. Pengalaman yang sulit untuk kita lupakan.

Pelajaran yang bisa dipetik dari pengalaman kami adalah, bahwa dimana pun kita bertamu harus sopan dan mematuhi aturan yang ada didaerah atau tempat tersebut dan jangan lupa untuk tetap ingat kepada Sang Pencipta, Allah SWT. 

Terima kasih kepada kawan kawan semua yang sudah menyempatkan mampir diblog saya. Semoga lain waktu bisa saya share lagi pengalaman dan hal lain tentang perjalanan saya.

Wahyu, Malindo, Etty, Rini, Hilal, Saya (Rizki), Gibran, Dicky, Nurul

No comments:

Post a Comment

Featured Post

Misteri Di Gunung Gede Pangrango

telaga biru dijalur gunung gede Pendakian Gede Pangrango via jalur Gunung Putri Pendakian Gede Pangrango via jalur Gunung Putri  adal...